Volatilitas pasar yang terjadi belakangan ini bukanlah hal baru bagi pasar aset kripto. Pada dasarnya, aset kripto memang dikenal karena fluktuasinya yang tinggi. Namun, beberapa hari terakhir, terjadi perubahan besar yang mungkin saja membuat sebagian orang merasa khawatir.
Tanggal 19 Mei 2021 menjadi penanda sekaligus hari pertama dalam sejarah ketika Bitcoin mengalami pergerakan hingga 10 ribu dolar AS dalam sehari.
Baca Juga: SEC AS Siap Tangani Penipuan Terkait Aset Kripto
Setelah itu, nilai Bitcoin sempat terjun sampai 30 ribu dolar AS, namun hal ini direspon baik dengan pembelian cepat oleh pasar.
Hasilnya, nilai Bitcoin di pasar mengalami peningkatan kembali (rebound) hingga 40 ribu dolar AS.
Menurut pengamatan kami, ada tiga faktor penting yang berperan membentuk kondisi ini.
Pertama, ada generasi baru trader dan investor yang memasuki pasar.
Kedua, generasi baru trader dan investor tersebut belum pernah sama sekali mengalami kejatuhan harga, yang biasa terjadi di pasar aset kripto.
Ketiga, investor ritel baru biasanya lebih mudah terpengaruh sensasi, misalnya saat terjadi peningkatan harga DOGE dan atau penurunan harga BTC secara tiba-tiba akibat cuitan Elon Musk.
Akibatnya, harga Bitcoin yang terjun bebas kemarin menyebabkan koreksi lebih besar dari biasanya.
Secara umum dapat dipahami bahwa koreksi pasar mengindikasikan pola pembalikan ke pasar bullish, yang terjadi selama periode pertumbuhan harga.
Ketika harga suatu aset naik untuk jangka waktu yang lama, nilainya dapat terapresiasi melebihi nilai aslinya.
Hal ini menyebabkan permintaan aset melemah dan tekanan untuk menjual meningkat, sehingga mengakibatkan koreksi pasar.
Baca Juga: Hanya dengan Duduk Manis Bisa Dapat TKO Gratis
Walau begitu, koreksi dan penurunan harga tidak selalu menjadi pertanda buruk.
Kedua faktor ini mengindikasikan bahwa kondisi pasar yang overextended dan overbought memang membutuhkan koreksi ketika pembeli mengambil keuntungan, sehingga harga dapat turun.
Ketika pasar mengalami oversold, pasar akan mencapai tingkat harga tertentu yang menarik bagi pembeli untuk masuk dan membentuk dasar harga baru.
Koreksi ini biasanya akan diikuti oleh tahap pemulihan yang akan diikuti oleh fase uptrend dan bullish.
Selain itu, ekosistem aset kripto saat ini secara fundamental berbeda dengan tahun 2013-2014 atau 2017-2018, begitu pun dengan tahun 2009 ketika jaringan Bitcoin baru diluncurkan.
Baik dari sisi kepentingan publik dan institusional dalam aset digital itu sendiri, ekosistem pertukaran, maupun teknologi blockchain yang mendasarinya.
Data menunjukkan bahwa institusi-institusi di atas telah membeli dan memiliki Bitcoin dalam skala yang belum pernah ada sebelumnya.
Meski begitu, belum dapat diprediksi apakah dalam waktu dekat, pasar akan mengalami kelangkaan Bitcoin akibat suplai yang terbatas.
Dalam jangka panjang, pasar hampir mencapai titik di mana Bitcoin mengalami overextended dan koreksi.
Koreksi mendalam ini dibutuhkan untuk mengantisipasi pergerakan selanjutnya hingga fase bull market berikutnya.
Pada 2013, pasar bullish aset kripto mengalami fase konsolidasi lima bulan.
Selama periode itu, Bitcoin turun lebih dari 50 persen dan kemudian naik kembali hingga 1.000 persen menjelang akhir 2013.
Sementara itu, pasar bullish 2017 mengalami kemunduran sekitar 35 persen sebelum akhirnya tiba di titik All Time High (ATH) pada level 20 ribu dolar AS.
Dari hal tersebut dapat dipahami bahwa koreksi dan konsolidasi merupakan hal yang lazim terjadi di setiap instrumen aset keuangan yang dapat diperjualbelikan.
Untuk itu, sangatlah bijak untuk mengambil keuntungan, berinvestasi, atau cut loss dengan menggunakan strategi Cost-Dollar Average.
The post Volatilitas Tinggi Aset Kripto adalah Wajar appeared first on Tokocrypto News.
0 Comments